Kamis, 02 Oktober 2014

Cerita dibalik Nawaksara

Cerita Dibalik Nawaksara

         Nawaksara merupakan sebuah pidato yang dicetuskan oleh IR. Soekarno pada sidang umum ke-IV MPRS pada tanggal 22 Juni 1966. Pidato ini adalah suatu hal yang digunakan untuk menjawab keluh kesah rakyat dan khususnya MPRS pada saat itu mengenai pandangan beliau mengenai gerakan separatis komunis G/30/S/PKI yang ingin membuat struktur ideologi dan tatanan negara sesuai dengan paham komunisme, tidak hanya masalah tersebut yang diuraikan melainkan permasalahan kemerosotan ekonomi juga.


         Setelah IR. Soekarno menyampaikan pandanganya di depan MPRS, MPRS merasa tidak puas dikarenakan apa yang disampaikan beliau tidak menjelaskan sikap yang jelas dalam menghadapi gerakan separatis komunis G/30/S/PKI. Oleh karena itu MPRS menolak dan kembali menyurati IR. Soekarno untuk mereferendum apa yang beliau sampaikan sebelumnya. Pidato setelah penyempurnaan Nawaksara disebut Pelengkap Nawaksara

 

Ada 3 hal pokok yang menjadi sasaran dari pidato yang beliau sampaikan

1. Kebelingeran pimpinan PKI

2. Kelihaian subversi Nekolim

3. Keberadaan banyaknya oknum-oknum yang tidak benar

 

          IR. Soekarno sendiri menyebut gerakan separatis ini dengan Gestok (Gerakan 1 Oktober) bukan G/30/S/PKI. Untuk menjelaskan pandangan pada MPRS, pada tanggal 17 Agustus 1966 IR. Soekarno mengeluarkan pidato yang membahas semua yang salah harus di hukum untuk mewujudkan kemaslahatan bersama dan gestok adalah gerakan terkutuk. 

          Setelah IR. Soekarno melengkapi Nawaksara dengan Pelengkap Nawaksara pada saat itu terjadi perubahan di kursi pemerintah dengan perubahan anggota DPR-GR dan MPRS pada februari 1967 dengan masuknya 45 anggota dari kalangan Parpol dan 63 dari Golkar. 108 anggota yang baru disahkan ini nampak tidak mendukung apa yang beliau sampaikan dan menyulitkan langkah beliu. Imbasnya pada 14-16 Februari 1967, MPRS menyatakan menolak Pelengkap Nawaksara. Posisi IR. Soekarno berada pada saat yang genting dikarenakan jika tidak memberikan penjelasan yang  jelas kepada MPRS, beliau dapat dinyatakan melanggar konsitusi. 

         Nah bisa dikatakan bahwa disinilah awal keruntuhan rezim yang beliau pimpin. Walaupun beliau telah menyusun Nawaksara dan pelengkapnya dengan sesempurna mungkin, beliau tahu jika pidatonya akan sulit mendapatkan kata "Iya" dari MPRS. Hal ini dikarenakan anggota MPRS yang banyak telah berubah dan diduduki oleh orang-orang yang kontra terhadap sikap dan pandangan beliau. Akhirnya dalam suatu mekanisme permainan konstitusi yang menawan IR. Soekarno dapat dilengserkan dan mengangkat pengemban Supersemar sebagai Presiden hingga pemilu dilaksanakan

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More